bang GanTeNk

6 Mei 2009

WAKTU KEKINIAN


Mengapa kita harus peka terhadap waktu kekinian? Seorang yang tidak peka terhadap kekinian tidak mungkin realistis. Ia tidak mungkin bekerja dengan baik dalam sistem atau kelembagaan.

Peka terhadap kekinian senantiasa membuat kita siap menghadapi tantangan. Keberhasilan Raja Daud sebagai pemimpin ditentukan oleh kepekaannya terhadap kekinian. Tidak dapat disangkal bahwa ia juga belajar dari masa lampaunya dan melalui sejarah bangsa Israel. Tetapi yang terpenting dari pelajaran masa lampaunya ialah pertobatan ketika ia gagal dalam hidup pribadi dengan seorang wanita. Hal tersebut mendorong dia lebih peka terhadap kekiniannya. Ia datang dalam kekinian dan mengaku kepada Allah Bapa-Nya bahwa ia telah berdosa. Bahkan dalam Mazmur 51, ia berdoa: "Tuhan, kalau Engkau mau ambil semua yang lain, tetapi satu hal aku minta, jangan Engkau mengambil Roh-Mu dari padaku." Menyadari keberadaannya dalam kekinian, penting baginya untuk maju. Karena ia senantiasa peka terhadap kekinian, ia juga dapat menempatkan diri dalam kontrol Tuhan, di bawah pengurapan dan pimpinan-Nya. Kalau sebagai pemimpin kita tidak peka terhadap kekinian, pasti kita akan kehilangan banyak kesempatan. Atau kesempatan datang pada saat kita lengah, akibatnya kita tidak dapat memakai kesempatan itu. Izinkan saya bertanya kepada para pemimpin: "Apakah Saudara peka terhadap kekinian Saudara? Jangan kita bergantung pada masa lalu, apalagi kalau kita pernah gagal. Bangkitlah dari kegagalan untuk menyadari kekinian dan masuk di dalamnya. Seperti Raja Daud yang menang terhadap tantangan, kita juga dapat memasuki tantangan itu dengan kemenangan Tuhan. Dalam sejarah gereja, ada dua faktor yang terdapat dalam pengertian kekinian.

1) Kesempatan pintu terbuka bagi pekabaran Injil. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, kita boleh bersyukur bahwa faktor pintu terbuka telah memungkinkan perkembangan pemberitaan Injil di Indonesia sampai sekarang.

2) Kesempatan pintu tertutup. Kita masih dalam kekinian. Tetapi kesempatan pertama sudah berlalu. Salah satu contoh dalam hal ini ialah apa yang terjadi dalam kehidupan Musa sebagai pemimpin Israel. Musa kurang peka terhadap kekiniannya. Ia bersandar kepada laporan orang lain. Akibatnya, ia tidak diperkenankan masuk ke tanah Kanaan. Dalam Ulangan 1 dan Bilangan 13, Tuhan Allah berfirman kepada Musa, "Masuklah ke Tanah Kanaan! Aku memberikannya kepadamu sekarang." Tapi Musa tidak menerimanya dengan iman, ia tidak memeluk janji Tuhan itu. Sekarang ia kehilangan kesempatan. Pada saat Musa memanggil suku Israel, mereka mengadakan konferensi yang menghasilkan orang yang akan diutus untuk menyelidiki tanah Kanaan. Tetapi tidak semua orang yang diutus itu orang beriman. Mereka kembali dan melaporkan: "Tanah itu penuh madu dan susu, tapi tentaranya besar dan orang- orangnya perkasa. Karena itu kita tidak masuk ke dalamnya." Saudara, karena Musa berkompromi dengan orang yang tidak beriman maka ia kehilangan kesempatan pada kekiniannya. Sementara Saudara membaca buku ini, berdoalah! Minta kepada Tuhan agar Ia membukakan rahasia-Nya dalam kekinian dan Saudara masuk dalam kesempatan itu tanpa terlambat. Jangan sampai Saudara menyesal dan berkata: "Saya menyesal karena waktu pintu terbuka saya tidak masuk."


1. Pengertian Dasar Menghadapi Kekinian Menghadapi dunia yang sedang berputar ini, ada tiga pengertian dasar yang penting diperhatikan!


a. Kita tidak dapat hidup dalam angan-angan masa lalu. Pengalaman dan sejarah masa lampau hanya perlu menolong kita dalam mengerti kekinian. Tetapi cara menganalisa situasi kekinian dan dunia kekinian tidak boleh seperti tempo dulu.


b. Kita tidak boleh hidup dalam dunia impian, seolah-olah tidak berdiri di bumi. Tentang masa depan yang indah dan penuh bahagia, tidak boleh hanya "bermimpi" tanpa masuk dan ambil bagian di dalam kekinian. Tanpa usaha yang sungguh-sungguh, masa depan yang bahagia hanyalah sesuatu bayangan yang kosong. Tidak bisa mengharapkan Indonesia menjadi negara yang makmur, adil, dan sejahtera kalau masyarakatnya tidak ambil bagian dalam perjuangan bersama pemerintahnya membangun negara Indonesia. Demikian pula dalam pelayanan dan pekerjaan Tuhan, tidak cukup hanya berdoa dan menantikan Tuhan bekerja sendiri. Melainkan harus masuk dan ambil bagian dalam pekerjaan-Nya secara sungguh-sungguh. Karena itu, mengharapkan masa depan yang indah tanpa usaha yang sungguh-sungguh merebutnya adalah sikap yang pincang.


c. Menyadari kekinian. Sikap yang tepat ialah menyadari kekinian, yaitu saat sekarang dan di mana tempat saya berada. Dalam gerak maju dunia yang cepat dan membawa perubahan mendasar, di situlah saya berada. Menghadapi dunia dalam segala pergolakannya sangat memengaruhi semua segi kehidupan manusia. Oleh karena itu, kita harus menyadari kekinian di sini dan memasukinya dengan iman. Kita benar-benar berpacu dengan kesempatan dan tantangan. Karena itu, Tuhan menempatkan kita sebagai orang beriman untuk memilih sikap yang tepat.


2. Sikap Dasar Menghadapi Kekinian Dalam menghadapi waktu kekinian, ada tiga sikap manusia yang perlu kita ketahui sehubungan dengan pengertian dasar di atas:

A). Sikap tidak peduli. Sikap ini ialah sikap orang yang masa bodoh terhadap segala sesuatu yang sedang terjadi di dunia. Ada pemimpin lembaga gerejawi dan pemimpin Kristen lainnya yang kurang peduli terhadap perkembangan politik, sosial budaya, maupun perkembangan ekonomi bangsa. Memang tugas utama kita melayani jiwa, membawa mereka kepada Tuhan. Tetapi sebagai pemimpin, tidak benar kalau kita tidak mempelajari dan berusaha mengerti segala perubahan yang terjadi dan berpartisipasi dalam pembangunan manusia seutuhnya. Sikap yang tidak peduli membuat pemimpin-pemimpin Kristen tercecer. Mereka tidak dapat turut serta dalam perkembangan yang sedang berlangsung. Itulah sebabnya para pemimpin dituntut agar masuk dalam percaturan dunia dengan berdiri pada satu jarak tertentu agar dapat secara objektif bertindak sebagai orang yang dipanggil Tuhan dengan tugas kenabian di tengah-tengah dunia.

B). Sikap ikut-ikutan. Yakni sikap yang tenggelam dalam situasi dunia. Ada pemimpin lembaga gereja tenggelam dalam dunia politik sehingga ia kehilangan identitas sebagai hamba Tuhan dan pemimpin rohani. Orang yang ikut-ikutan akan kehilangan identitas, sebab ia tenggelam dalam arus dunia. Sikap seperti ini tidak layak menjadi pemimpin rohani. Sikap yang tepat ialah sikap berdiri dalam terang Injil Yesus Kristus dan dari sini dapat mengikuti perkembangan dunia, dapat menilai liku-liku hidup manusia dalam arus perubahan dunia yang serba cepat.

C) . Sikap positif. Yaitu sikap yang dapat membawa kita kepada empat langkah yang tepat dalam menghadapi dunia ini.


1) Sikap Iman atau Sikap Positif (Rm. 8:28) Kita percaya segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk mendatangkan kebajikan bagi orang yang mengasihi Tuhan. Jadi sikap ini memandang positif terhadap perkembangan dunia. Kita percaya bahwa Allah membawa kita melalui segala pergolakan dunia kepada sikap yang lebih mengasihi Allah dan orang berdosa. Yang terpenting ialah karena kita mengasihi Tuhan dan pekerjaan-Nya yang dipercayakan kepada kita, maka Ia membawa kita kepada jalan ke luar yang terbaik. Kalau kita percaya Allah menguasai dan mengontrol sejarah, maka apa pun yang terjadi, pada akhirnya akan menyatakan kuasa kebajikan Allah dan membawa kebajikan itu pula kepada hidup manusia.

2) Sikap Kreatif (Yoh. 9:4) Firman Tuhan berkata: "Bekerja selama waktu masih siang". Bekerja karena Tuhan sedang membuka kesempatan. Juga di dalam Ef. 2:10, "masuk dalam pekerjaan yang Tuhan persiapkan terlebih dahulu". Untuk mendorong kita lebih kreatif, sebagai pemimpin kita perlu memiliki sikap hati sebagai berikut.

a) Meyakini bahwa pekerjaan itu berasal dari Tuhan. Maksudnya: bagi Saudara yang bekerja sebagai pemimpin pekerjaan Tuhan, pertama kali harus menyadari bahwa itulah pekerjaan yang Tuhan siapkan bagi Saudara. Bukan Saudara yang memilihnya, melainkan Tuhan sendiri yang memilih Saudara. Adakah Saudara meyakini pilihan itu dalam pekerjaan yang Saudara pimpin sekarang? Kalau tidak, Saudara akan mudah diombang-ambingkan oleh arus yang berusaha melanda hidup Saudara.

b) Memakai sarana yang ada secara efektif (Luk. 19:13). Kreativitas kita ialah berdasarkan firman Tuhan yang mengatakan, "Pakailah mina ini sampai Aku datang kembali." Bekerja sampai Yesus datang kembali, sampai langit dan bumi baru datang. Kita bekerja seakan-akan tahu bahwa dunia tidak akan kiamat. Dengan kata lain, kita bekerja sambil menyadari bahwa Allah yang menguasai kosmos, Allah yang menguasai 24 jam perputaran bumi terus-menerus. Dengan demikian, kita telah bekerja berdasarkan iman memasuki langit dan bumi yang baru.

D). Sikap kritis (Ef. 5: 10).

"dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan". Melalui ayat ini, Tuhan telah memberikan kepada kita satu barometer untuk mengukur semua kejadian di dunia ini, yaitu firman Tuhan dan pimpinan Roh Kudus. Dalam urapan Roh Kudus yang terus-menerus, kita percaya Tuhan membuka pengertian kita terhadap situasi dunia yang sedang berlangsung. Sebagaimana Tuhan memanggil Yehezkiel dan berkata; "bukalah mulutmu, makanlah gulungan surat yang Aku berikan kepadamu, lalu pergilah kepada bangsa ini dan berkata: "Seorang nabi ada ditengah-tengah bangsa ini sedang berbicara kepada bangsa yang membelot dan murtad ini." (Yeh. 2-3) Wibawa yang Tuhan berikan kepada Yehezkiel ialah wibawa rohani. Ini membuat Yehezkiel dapat berbicara kepada bangsanya sebagai seorang nabi. Ia dapat menganalisa situasi dan hidup bangsa itu. Ia berdiri pada satu jarak tertentu sehingga ia dapat melihat dunia ini. Terang Tuhan membuat kita dapat melihat dan menilai dunia dan segala fenomena yang ada. "Ujilah", kata perintah Tuhan. Ujilah hal-hal yang berkenan kepada Tuhan. Sekarang ini, dunia sedang menantikan suara kenabian dari seorang pemimpin yang rohani. Yaitu suara yang dapat menganalisa dunia ini. Saya percaya dan menantikan suara kenabian itu di tengah-tengah dunia yang sedang bergolak ini.

E) . Sikap yang realistis (Mat. 10:16).

Sikap ini ialah sikap yang tulus seperti merpati. Di balik sikap tulus, perlu juga sikap cerdik seperti ular. Seorang pemimpin rohani senantiasa berada di antara kedua sisi ini. Pada satu sisi, dia harus cerdik dalam menghadapi situasi dunia yang selalu berubah, tapi juga harus tulus menyatakan kehadirannya sebagai hamba Tuhan. Pemimpin harus cerdik agar dengan kecerdikan itu ia dapat mengerti liku-liku dunia ini, seperti seorang nahkoda kapal yang mahir mengemudikan kapal di atas laut lepas dengan olah gerak yang tangkas memasuki pelabuhan secara tepat. Banyak contoh yang kita temukan dalam hidup sehari-hari. Sering kali kita diperhadapkan dengan situasi yang berat. Kita dituntut mengatasinya dengan tetap pada garis rohani yang tulus seperti merpati, tapi juga harus mengerti dunia yang sedang bergolak serta memahami keadaan manusia yang belot dan murtad. Menghadapi situasi yang demikian ruwet, menuntut satu keputusan yang realistis. Dengan beberapa pokok ini, marilah kita menggumuli waktu kekinian di Indonesia, supaya kita menjadi pemimpin yang dapat berdiri pada kekinian tapi juga memikirkan waktu yang akan datang. Firman Tuhan berkata: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga" (Yoh. 5:17). Sebagaimana Tuhan masih bekerja terus, marilah kita bekerja sungguh-sungguh untuk Dia sampai Tuhan Yesus datang kembali.

4 Mei 2009

MENGELOLA WAKTU


Bicara soal waktu, kita semua, apa pun profesi kita dan di mana pun kita berada, memiliki porsi waktu yang sama -- 24 jam sehari. Meski demikian, terkadang orang lain dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan daripada yang kita kerjakan, padahal waktu kerja kita dengan orang itu sama. Jika demikian, apa sebenarnya yang menjadi masalah? Jawabannya adalah manajemen waktu. Manajemen waktu yang baik akan memungkinkan kita untuk dapat menggunakan waktu dengan baik, dan pada akhirnya mendapatkan hasil yang lebih baik dari apa yang kita kerjakan. Hal ini juga berlaku bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang memiliki manajemen waktu yang baik sudah berjalan pada jalan yang benar menuju keberhasilan. Karena itu, simak bahasan mengenai manajemen waktu seorang pemimpin yang sudah kami siapkan selama bulan April ini. Kiranya hal itu, bersama dengan bahan lain yang kami sajikan, akan menjadi berkat bagi Anda. Tidak lupa, untuk membantu Anda memaknai Paskah yang segera menjelang, kami juga sudah menyiapkan sebuah renungan Paskah. Kematian dan kebangkitan-Nya menebus dosa kita dan memberi kita sebuah jaminan keselamatan.

Seorang eksekutif pada dasarnya bekerja dengan lima hal.
1. Tenaga kerja. Seorang pemimpin selalu bekerja dengan orang lain.
2. Sumber-sumber. Hal ini termasuk uang, peralatan, perlengkapan, dsb..
3. Informasi. Dalam masyarakat yang sudah mengenal dunia maya sekarang ini, informasi menjadi sesuatu yang sangat bernilai sebagai faktor yang menemani seorang eksekutif dalam bekerja dan sebagai alat yang ia pakai dalam kepemimpinannya.
4. Pengalaman. Pengalaman membantu eksekutif membuat penilaian yang baik dan sahih.
5. Waktu. Orang-orang Kristen khususnya harus peduli dengan masalah waktu karena Kitab Suci banyak membahasnya. Waktu adalah bahan mentah kehidupan. Pengalaman sehari-hari memberi kita kesempatan untuk mengembangkan diri menjadi sesuatu yang lebih baik daripada saat kita memulainya. Seperti Rasul Petrus mendorong kita untuk "bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2 Pet 3:18), ini terjadi dalam satu rentang waktu. Kesuksesan atau kegagalan pribadi sangat tergantung pada keefektifan kita dalam menggunakan waktu.

SEMUA ORANG MEMILIKI WAKTU YANG SAMA BANYAKNYA
Waktu itu sangat berharga dan tak bisa diulang. Jelas, waktu merupakan hal pokok yang paling berharga yang kita miliki. Tak seorang pun yang memiliki waktu lebih banyak atau lebih sedikit daripada Anda dan saya. Masing-masing kita diberi waktu 1.440 menit per hari dan 168 jam per minggu. Kita semua memiliki jumlah waktu yang sama setiap hari seperti halnya orang lain. Tidak peduli apakah dia seorang loper koran atau presiden, penulis atau ibu rumah tangga, petani atau pun pendeta. Jam yang kita beli berdetik dengan kecepatan yang sama. Bahkan Tuhan kita, Yesus Kristus, pun memiliki jumlah jam yang sama dalam sehari, namun perhatikanlah kualitas investasi waktu-Nya.

KITA SEMUA MEMBUANG-BUANG WAKTU
Akan tetapi, walaupun waktu sangat berharga dan sangat potensial, tak satu hal pun yang kita buang percuma seperti kita membuang-buang waktu. Seperti kata Sir Walter Scott yang bijaksana dan pragmatis, "Apakah engkau mencintai hidup? Jika iya, jangan membuang waktu dengan percuma karena waktu adalah elemen pembentuk kehidupan." Waktu adalah sesuatu yang multibidang, paradoks, sebuah fenomena yang selalu berubah/tak pernah berubah. Waktu tidak memiliki pengganti, tidak menanti siapa pun, dan meminta banyak korban manusia. Bagi kita semua, waktu tidak banyak, namun tuntutannya tinggi. Sepertinya tidak pernah ada cukup waktu. Ada suatu desakan yang melekat pada waktu. Tuhan kita Yesus Kristus merasakannya ketika Dia berkata, "Aku harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja" (Yoh. 9:4). Seorang misionaris perintis, Robert Moffatt, merasakannya saat ia berkata, "Kita akan mendapatkan keabadian untuk merayakan kemenangan kita, tapi kita hanya memiliki sedikit waktu sebelum matahari terbenam untuk memenangkannya."
Persediaan waktu kita amat terbatas. Satu-satunya variabel yang tersedia bagi kita adalah penggunaan persediaan waktu kita yang terbatas. Penting bagi kita untuk menganggarkan waktu yang akan kita pakai sebijak kita menganggarkan uang yang akan kita keluarkan. Masalah waktu menuntut adanya penganggaran. Ada waktu untuk berdoa dan ada waktu untuk bermain; orang Kristen yang hemat seharusnya tidak mengabaikan keduanya, namun memanfaatkan keduanya. Waktu bisa menjadi alat kita; kita tidak perlu menjadi hambanya.

PENGELOLAAN WAKTU MERUPAKAN PENGELOLAAN DIRI
Peter Drucker menulis, "Pengelolaan waktu memerlukan ketekunan dan disiplin diri, tapi tak ada investasi lain yang memberi lebih banyak manfaat daripada pengelolaan waktu." Waktu tidak bisa dihemat dengan memperbanyak alat. Waktu bisa dihemat oleh disiplin diri yang tegas. Adalah manusia, bukan mesin, yang akan membuat perbedaan. Waktu hanyalah suatu ukuran, sebuah dimensi. Jadi, waktu sendiri jarang menjadi suatu masalah bagi kita. Saat kita memerhatikan masalah waktu dan pengelolaannya, pada akhirnya semua mengarah pada pengelolaan diri kita sendiri. Semua ilmu manajemen berkaitan dengan bagaimana para eksekutif menggunakan waktunya. Kita begitu sering mendengar, "Seandainya saja saya memahami bagaimana mengatur waktu saya dengan lebih baik lagi." Kita jarang mendengar, "Seandainya saja saya tahu bagaimana mengatur diri sendiri dengan lebih baik." Untuk dapat menggunakan waktu dengan lebih baik, kita harus belajar mengatur diri kita sendiri. Banyak yang membahas mengenai penggunaan kekayaaan dan harta benda; sedikit yang membahas mengenai penggunaan talenta; dan sangat sedikit yang membahas mengenai penggunaan waktu. Bahkan, hal ini mungkin kurang dipahami. Sebagai orang Kristen, kita bertanggung jawab menggunakan waktu yang kita miliki. Dalam Kolose 4:5, Rasul Paulus berkata, "Pergunakanlah waktumu sebaik-baiknya." Sekali lagi di Efesus 5, Paulus berkata, "perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif," (ayat 15). Sikap mental kita dalam menggunakan waktu adalah hal yang paling penting. Jika kita tidak ingin melakukan sesuatu, kita dapat mencari ribuan alasan untuk tidak melakukannya. Mungkin terlalu jauh atau terlalu panas atau terlalu dingin atau terlalu basah atau terlalu kering. Namun, jika kita ingin melakukan sesuatu, tak ada satu pun yang bisa menghentikan kita -- rintangan-rintangan dipinggirkan seolah-olah mereka tidak pernah ada. Kita semua bertanya, "Ke manakah perginya waktu?" Pertanyaan retoris semacam ini jelas salah dalam mengutarakan masalahnya. Waktu tidak meninggalkan tempatnya; waktu hanya berlalu dengan kecepatan yang sama, sementara kita menyelesaikan lebih sedikit daripada yang sebenarnya kita bisa. Akan menjadi lebih baik jika kita bertanya, "Bagaimana bisa saya membuat rencana yang begitu buruk dan meninggalkan begitu banyak pekerjaan dalam waktu yang sangat singkat?"
MULAILAH DENGAN PENGELOLAAN WAKTU
Sudah diakui umum bahwa keberhasilan seorang pedagang adalah karena faktor 90 persen pengelolaan waktu dan 10 persen pengaruh wilayah pemasaran. Mengutip pernyataan dari Peter Drucker lagi, dia berkata, "Para eksekutif yang benar-benar berhasil mengerjakan tugasnya tidak memulai dengan pekerjaan mereka, mereka mulai dengan waktu mereka." Dengan kata lain, mereka menganggarkaan waktu yang diperlukan untuk memulai pekerjaan dan menjadi kreatif daripada hanya menanggapi tekanan keadaan -- entah itu masalah korespondensi, telepon, konferensi, dll.. Sudah diutarakan bahwa ada tiga pertanyaan ajaib tentang pengelolaan waktu.
1. Apa yang sedang saya lakukan sekarang, yang tidak perlu orang lain atau saya lakukan?Termasuk proses menyingkirkan tugas-tugas.
2. Apa yang sedang saya lakukan sekarang ini yang seharusnya dilakukan oleh orang lain? Termasuk pendelegasian.
3. Apa yang sedang saya lakukan sekarang yang membuang-buang waktu saya atau orang lain

DARI MANA MEMULAINYA
Dari mana seseorang memulai mengatur waktu? Bagaimana caranya agar kita bisa mengerjakan lebih banyak pekerjaan? Jika Anda memikirkannya sebentar, jawabannya sudah jelas.
1. Tentukan apa yang ingin Anda lakukan dalam hidup Anda. Tentukan tujuan Anda.
2. Tetapkan prioritas untuk tujuan yang sudah Anda tentukan.
3. Cari tahu bagaimana caranya mencapai tujuan Anda. Inilah yang disebut perencanaan.
4. Ikuti prosedur yang paling sedikit memakan waktu untuk mencapai tujuan. Jadwal. Yang diperlukan selanjutnya adalah tujuan, prioritas, dan perencanaan.
PILIHAN PRIORITAS ADALAH KUNCINYA
Seorang pemimpin harus dengan sangat cermat menentukan prioritas. Jika ambisi untuk menjadi unggul mengarakterisasi kita, maka harus ada seleksi dan penolakan, dan kemudian berkonsentrasi pada hal-hal yang terpenting. Berusaha keras untuk mencapai yang terbaik dalam suatu pekerjaan, apa pun itu, bukan hanya tugas orang Kristen, namun juga merupakan bentuk dasar kesaksian orang Kristen. Ini bisa disebut dasar komunikasi nonverbal yang mendukung komunikasi verbal. Beberapa orang yang sepertinya melakukan beberapa pekerjaan yang luar biasa, mengerjakannya satu per satu, sesuai dengan skala prioritas yang telah mereka tetapkan. Ini berarti mereka juga bisa mengerjakan pekerjaan lebih cepat daripada mereka yang mencoba melakukan banyak pekerjaan sekaligus. Dengan kata lain, mereka berkonsentrasi, mereka menentukan prioritasnya, dan tetap fokus pada pekerjaan itu. Ingat -- yang terpenting bukanlah seberapa banyak yang kita lakukan, namun seberapa banyak yang kita selesaikan.
HAL-HAL DILAKUKAN BELAKANGAN JUGA PENTING!
Menentukan prioritas bukanlah hal yang terlalu sulit. Tugas yang lebih sulit adalah menentukan hal-hal yang harus dilakukan belakangan. Yakni, tugas apa yang tidak perlu dilakukan -- dan tetap berpegang teguh pada keputusan. Apakah Anda memerhatikan bahwa orang yang menunda pekerjaan sering kali meninggalkan pekerjaan itu?
SELALU ADA CUKUP WAKTU
Ingatlah, selalu ada cukup waktu untuk kita setiap hari untuk menggenapi rencana Allah yang sempurna dan khusus dalam kehidupan kita. Kita tidak pernah memerlukan lebih banyak waktu daripada yang kita miliki untuk mengerjakan semua kehendak Allah. Kebenaran ini sangat melegakan. Seperti yang dikatakan almarhum Adlai Stevenson, "Yang terpenting bukanlah hari-hari dalam kehidupan Anda, namun kehidupan dalam hari-hari Anda."
AMBIL WAKTU
Ambil waktu untuk bekerja -- inilah harga kesuksesan.
Ambil waktu untuk berpikir -- inilah sumber kekuatan.
Ambil waktu untuk bermain -- inilah rahasia awet muda.
Ambil waktu untuk membaca -- inilah sumber hikmat.
Ambil waktu untuk bersahabat -- inilah jalan kebahagiaan.
Ambil waktu untuk bermimpi -- inilah yang menarik keretamu ke langit.
Ambil waktu untuk mencintai dan dicintai -- inilah hak istimewa orang-orang yang ditebus.
Ambil waktu untuk melihat ke sekeliling -- waktunya terlalu singkat untuk dihabiskan guna memikirkan diri sendiri.
Ambil waktu untuk tertawa -- inilah musik bagi jiwa.
Ambil waktu untuk Allah -- inilah satu-satunya investasi kehidupan yang abadi.